Berdasarkan sejarahnya, orang yang pertama mendirikan adat istiadat dan hukum adat adalah seorang Temenggung yang bernama Temenggung Simpe/Bedana. Beliau adalah anak dari Macan dan Tema, memiliki 5 saudara yaitu:
Pertama Tami bergelar Rentap
Kedua bergelar Simpe/Bedana
Ketiga bernama Renggi
Keempat bernama Manang Jaget dan
Kelima adalah seorang perempuan bernama Bangi
Keadaan fisik Temenggung Simpe atau Bedana tidak seperti kebanyakan manusia biasa yaitu bagian kepalanya tidak bulat oleh karena itulah maka dia dipanggil Simpe.
Diceritakan pada suatu malam Temenggung Simpe Atau Bedana bermimpi disuruh roh halus untuk menceraikan isterinya (Cala), dalam mimpinya tersebut dikatakan bahwa jika tidak menceraikan isterinya maka dia akan mendapat musibah yaitu jika tidak mati maka dia akan gila. Akhirnya bercerailah mereka dan Temenggung Simpe atau Bedana pindah kebikut Tunggal Batang Wong di Batang Ai, disitu ia bertemua dengan mahluk halus dan menyuruhnya untuk mengawini perempuan yang bernama Jaburi Anak Apai Laka orang dari Rantau Berunai dan ternyata masih keponakan Temenggung Simpe, dan jika memperisterikan perempuan tersebut maka Temenggung Simpe akan menjadi orang yang akan disegani dan dihormati.
Singkat cerita menikahlah mereka dan mempunyai anak pertama bernama Buah. Buah beristerikan Bejau punya anak bernama Rengkang. Rengkang beristri tetapi tidak diketahui namanya punya anak bernama Pok. Pok beristrikan Bulek dan mempuyai anak bernama Belang. Belang sampai sekarang mempunyai sebuah patung yang berada di Kuching/Malaysia. Belang dihukum mati oleh raja Bruke karena ia dituduh oleh orang Muari menentang keberadaan penjajahan Inggris.
Anak kedua dari pasangan ini bernama Runggah, adapun keturunananya samapi sekarang adalah Nyangau anak Si Gai Dengan Gindoh yang beada di Dusun Sadap Kecamatan Embaloh Hulu.
Anak ketiga dari pasangan Temenggung Simpe dan Jubari adalah Malin, keturunan Malin sampai sekarang bernama Anding dan tinggal di Sumpak Lelayang Kec. Batang Lupar, Kab. Kapuas Hulu. Sedangkan keturunan Tami yang bergelar Rentap berada di Sepan Kec. Batang Lupar Kab. Kapuas Hulu.
Selama pasangan Temenggung Simpe dan Jubiri tinggal dibukit Tunggal mereka didatangi oleh seorang mahluk halus dan dibawa ke Panggau Libau (Khayangan) disitulah ia dinobatkan menjadi Temenggung yang dibekali sebuah bliyung (sejenis Kampak) yang diberikan oleh Bungai Nuing, sebuah Guna Yang diberikan oleh Bujang Tuai serta sebuah Bendera yang berwarna lima yaitu: merah, putih, kuning, biru, dan hitam) yang diberikan oleh pasangan suami isteri bernama Kumang Dan Keling.
Keterangan:
1. Tempayan Guci/Lubuk Guci: Sejarah lubuk guci, pada jaman dahulu ada tempayan guci, karena di tempat itu ada guci yang dimana tempayan guci itu tidak bisa di ambil oleh siapapun, hanya orang tertentu yang bisa melihatnya, sampai sekarang masih ada bekas tempayan guci tersebut, oleh karena itu disebut Lubuk Guci
2. Batu Apai Sali: Apai Sali asalnya orang panggau, legenda orang iban dengan nama anaknya Sali ayahnya Tamab Melebab dan ibu nya sengkumang,oleh karena itu dia di panggil Apai Sali, kalau apai Sali bepergian selalu beristirahat dan melepas lelah di tempat itu oleh karena itu disebut dengan Batu Apai Sali.
3. Kerangan bunut: Pada mulanya karena ada pohon buah dengan nama bunut, ada sebuah keluarga selalu butang, karena ada selalu menimbulkan masalah makanya ditebang.
4. Lubuk sedadu: Diatas sedikit karangan bunut ini, ada beberapa orang tentara, menggunakan perahu, dimana mereka karam, dan meninggal dunia, makanya di sebut dengan lubuk sedadu
5. Lubuk Naga: Ada seseorang pergi berburu, kebetulan di nanga sungai tersebut dia melihat seekor naga, dia memegang tanduk naga tersebut dia hanya mendapatkan tanduknya, karena naga tersebut tenggelam di situ maka dikenal sebagai lubuk naga.
6. Sungai matahari: Asal mula karena sebuah batu tersebut jatuh dari langit, batu tersebut ditemukan oleh salah satu orang Tamambaloh, yang dimana sekarang dikenal dengan batu mataso sampai sekarang batu itu masih ada keberadaannya, dimana kepemilikannya ini milik orang Tamambaloh , dimana tempat menemukannya itu sekarang dinamakan dengan Sungai matahari.
7. Kuta tanah: Kuta tanah atau disebut dengan benteng, dimana tempat itu digali untuk membangun benteng untuk pertahanan terletak di Temawai Jubang, sekarang lebih dikenal dengan Malet Jubang.
8. Sungai Bian: Sungai bian ada terdapat Tapang ngua, tapang bajit karena ada seorang bernama bajit telah memanjat pohon ini, Ngua yang artinya dimana kalau kita memanjat keatas pohon tersebut, maka dari atas pohon itu, tanah tersebut kelihatan sangat dekat, lebih dikenal dengan istilah lokal mata dikaleh ke antu.
9. Batu Peti : Batu ini berbentuk seperti peti dan terabai, pada jaman dahulu dimana Keling (nama orang panggau legenda orang suku iban) pulang merantau, setiap kali pulang merantau Keling selalu beristirahat ditempat itu, Keling tersebut ketinggalan barang-barang bawaannya, barangnya tersebut sekarang sudah berubah menjadi batu, sudah banyak membawanya tapi tidak bisa karena sangat berat.
10. Sungai Sekapak: Ada seseorang pernah menebang kayu ditempat itu, kapaknya patah dan jatuh ke air diselamnya kapak tersebut tapi tidak ketemu, maka sampai sekarang tempat itu disebut Sungai Sekapak.
11. Batu cina: Pada jaman dahulu pd tahun 1966, pada waktu partai komunis pecah, pada jaman konfrontasi, cina lari dari malaysia, menggunakan rakit, dimana rakit tersebut nyangkut dibatu tersebut, dia ingin melepaskan rakit tersebut tapi tidak bisa, sampai akhirnya dia kena jepit oleh rakit tersebut dan meninggal.
12. Sungai kensurai: Kensurai ini adalah nama salah satu jenis pohon,pohon ini ketemu ujungnya maka disebut sungai kensurai. Sekarang sudah ditebang.
13. Batu Balu: Pada jaman dahulu, ada salah satu keluarga meminang seorang perempuan/gadis yang berada di Banyuk, sedangkan si laki-laki tersebut itu berada dihilir , pada waktu itu perahunya karam karena airnya sangat deras dan menyebabkan meninggal si perempuan ini, karena si perempuan ini meninggal, maka suaminya itu disebut Balu (yang artinya salah satu suami atau istri meninggal maka orang tersebut disebut balu) sampai sekarang istilah itu masih digunakan oleh orang iban.
14. Tumpu Nanga Melibat: Ditempat ini ada sebuah batu, sampai sekarang diatas batu tersebut, ada batang panto’ (tumbuhan yang bisa diambil umbutnya dan untuk dimakan) , apabila orang mengambilnya maka orang tersebut akan meninggal, sekarang dikenal dengan Panto’ Mali. |